PTM 100% di kelas DGP

Berawal dari hadirnya Coronavirus disease 2019 (Covid.19) yang melanda seluruh dunia termasuk kota kami pada akhir tahun 2020. Menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh koronavirus yang disebut juga SARS-CoV-2. Wabah penyakit ini awalnya terjadi di kota Wuhan, Hubei, Tiongkok dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Hingga pada bulan Maret 2020 WHO menetapkan sebagai Pandemi[1]

Saya sendiri tidak begitu paham, tapi "viralnya" si virus melebihi ketenaran artis papan atas, mengalahkan kehebohan pasar kaget kelurahan, merebut perhatian banyak pejabat negara hingga pejabat rumah tangga. Kedatangannya yang tak di undang membuat kita serba salah dalam menyikapi. Virus ini berkembang dan beradaptasi dengan cepat, menyebar dan mengembangkan sayap seperti jamur di musim hujan. 

Penyebaran virus ini antar manusia ke manusia dan hal inilah yang menjadi alasan pembatasan perjalanan, karantina, pemberlakuan jam malampenundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Termasuk di dalamnya fasilitas pendidikan menjadi salah satu "korban" yang harus di tutup mulai dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Anak-anak yang lulus sekolah di tahun 2020 di cap sebagai "alumni covid.19". Proses pendaftaran dan seleksi pendidikan  dilakukan secara online, begitu juga dengan proses belajar mengajar. Guru dan Siswa bertemu secara virtual melalui berbagai platform. Hal ini menimbang kemampuan Guru dan Siswa baik secara profesional keterampilan, ekonomi, tools, waktu dan lain-lain.

Sebenarnya sejak bulan Agustus 2021 sekolah kami sudah menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas. Baik terbatas waktu belajarnya maupun terbatas jumlah siswa yang belajar. Kondisi ini menyebabkan siswa kurang mengenal guru maupun rekan sekelasnya. Mereka hanya sekedar tahu dari absensi dan daftar nilai. menebak-nebak karakter dan kompetensi temannya.

Bersyukur di minggu ke-3 bulan Januari 2022 kabar baik itu datang. Dengan berkurangnya laporan kasus corona, maka sekolah sudah dibuka kembali dan dapat melaksanakan PTM terbatas 100% tetapi tetap dengan mematuhi protokol kesehatan dan wajib vaksin bagi guru dan siswa.

Dan inilah awal mula saya bertemu tatap muka secara penuh dengan seluruh siswa dalam satu kelas. Kekhawatiran saya ternyata benar, mereka kurang saling mengenal, ada jarak di antara mereka. Padahal kondisi pembelajaran yang masih di batasi waktu dimana hanya 6 jam per hari dan kondisi jumlah peralatan yang kurang akan membuat saya mengatur strategi pembagian kelompok untuk proses belajar. 

Saat saya minta mereka untuk berkelompok yang terdiri dari 5-6 orang, beberapa yang aktif dengan mudah mendapatkan anggota kelompoknya, tapi beberapa yang lain hanya diam menunggu. Dan terlihat siswa-siswi yang aktif bertemu dengan yang aktif, yang pintar bertemu yang pintar dan yang kurang aktif dan kurang pintar tersisa menjadi satu kelompok tersendiri. Padahal saya akan menerapkan pola tutor sebaya, kondisi ini tentu tidak sesuai dan membuat saya akan kesulitan.

Disinilah peran guru di uji, antara ego pribadi dan tupoksi. Berdasarkan tupoksi maka wewenang guru untuk membagi siswa ke dalam kelompok, tetapi terbersit galau dan banyak pertanyaan. Bagaimana jika mereka tidak saling cocok, bagaimana jika ada yang minder dan rendah diri, bagaimana jika ada yang sok menggurui, bagaimana jika ...jika...jika...

Akhirnya saya putuskan untuk mengajak mereka orientasi awal pembelajaran 100% dengan menerapkan game/permainan. Tak perlu yang susah, tujuan saya hanya agar mereka saling kenal dan tak canggung. Anak-anak seusia mereka akan lebih mudah membaur dan melebur jika berada di luar ruang kelas yang menuntut berinteraksi secara alamiah.

Alhamdulillah....walaupun dengan kondisi dan waktu terbatas, terlihat senyum-senyum ceria di wajah mereka. Mungkin suatu hari nanti akan jadi cerita sendiri buat saya dan juga mereka. Satu harapan saya setelah ini mereka mampu membaur dalam PBM di kelas, saling dukung untuk kemajuan bersama. Semoga jadi anak-anak hebat penerus bangsa tercinta.





[1 Pandemi adalah epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia.]

2 comments:

  1. Terima kasih untuk pengalaman berkesannya ibuj yusbi🤗

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete